Kegiatan Ekstrakurikuler Jadi Laboratorium Demokrasi: Pengabdian Kolaborasi Dosen dan Mahasiswa PPKn UNG di SMAN 6 Gorontalo

Oleh: Intan Tiara Kartika . 18 September 2025 . 17:33:06

ihk.fis.ung.ac.id- (Kamis 18/09/2025) Di tengah tantangan demokrasi dan arus globalisasi yang kian kompleks, peran sekolah tidak lagi sekadar sebagai ruang transmisi ilmu pengetahuan, melainkan juga sebagai arena pembentukan karakter kewargaan yang demokratis. Menyadari urgensi tersebut, dosen dan mahasiswa Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Universitas Negeri Gorontalo melaksanakan pengabdian kolaboratif bertajuk “Implementasi Pendidikan Politik melalui Kegiatan Ekstrakurikuler di SMAN 6 Gorontalo”.

Program ini lahir sebagai tindak lanjut hasil observasi awal yang menunjukkan perlunya strategi khusus untuk membumikan nilai-nilai demokrasi dan partisipasi politik di kalangan generasi muda. Melalui kegiatan ekstrakurikuler, pendidikan politik dihadirkan dalam bentuk pembelajaran partisipatif yang menekankan pada diskusi, simulasi organisasi, dan praktik kepemimpinan yang sehat.

Dalam kegiatan ini, hadir dua dosen pembimbing lapangan (DPL), yakni Dr. Lucyane Djaafar, S.H., M.Pa dan Saleh Al Hamid, S.IP., M.A, bersama mahasiswa PPKn yang terlibat langsung sebagai fasilitator bagi siswa. Pendekatan yang digunakan menitikberatkan pada penguatan kesadaran politik substantif politik yang menekankan etika, tanggung jawab, dan nilai kebangsaan alih-alih sekadar praktik kekuasaan.

Dr. Lucyane Djaafar menegaskan bahwa ruang ekstrakurikuler dapat berfungsi sebagai laboratorium demokrasi di sekolah. “Pendidikan politik sejak dini harus dimaknai sebagai upaya membentuk warga negara yang cerdas, kritis, dan berkeadaban. Melalui kegiatan ini, siswa tidak hanya belajar teori demokrasi, tetapi juga praktik nyata bagaimana menghargai perbedaan dan mengambil keputusan secara musyawarah,” jelasnya.

Senada dengan itu, Saleh Al Hamid menambahkan bahwa program ini merupakan inovasi strategis untuk menanamkan kesadaran politik yang sehat. “Ekstrakurikuler memberikan ruang aman bagi siswa untuk berlatih berdialog, membangun argumentasi, dan memahami nilai kebersamaan. Inilah bentuk nyata pendidikan politik yang membekali generasi muda agar siap menghadapi dinamika bangsa ke depan,” tegasnya.

Dari sisi mahasiswa, kegiatan ini menjadi ajang pembelajaran transformatif. Dwi Alda Mustapa Ismail mengungkapkan bahwa keterlibatannya memberi pengalaman penting untuk memadukan teori dan praktik. “Sebagai mahasiswa PPKn, kami berkewajiban hadir di tengah masyarakat untuk membumikan pendidikan politik yang mencerahkan. Kami melihat antusiasme siswa yang tinggi, dan ini membuktikan bahwa generasi muda memiliki potensi besar untuk menjadi aktor demokrasi di masa depan,” ujarnya.

Salah seorang siswa SMAN 6 Gorontalo pun menyampaikan apresiasinya. Ia menilai kegiatan ini membuka paradigma baru tentang politik. “Kami jadi mengerti bahwa politik tidak selalu negatif. Politik adalah cara kita menjaga persatuan, mengelola perbedaan, dan berperan dalam kehidupan bangsa. Ini membuat kami lebih bersemangat untuk terlibat dalam kegiatan organisasi sekolah,” ungkapnya dengan optimis.

Kegiatan pengabdian ini sekaligus menegaskan komitmen akademisi UNG untuk menjadikan pendidikan politik sebagai instrumen pemberdayaan generasi muda. Dengan menanamkan nilai demokrasi melalui jalur ekstrakurikuler, dosen dan mahasiswa PPKn UNG berkontribusi nyata dalam membentuk siswa yang tidak hanya unggul secara akademis, tetapi juga matang secara politik dan berkarakter kebangsaan.

 

Penulis : TIM Redaksi Jurusan IHK Prodi S1 PPKn FIS UNG

Agenda