Kesadaran Politik Sejak Dini: Pilar Kewarganegaraan Multikultural yang Ditanamkan Dosen dan Mahasiswa PPKn Melalui Pengabdian Kolaboratif di SMA Negeri 5 Gorontalo

Oleh: Intan Tiara Kartika . 18 September 2025 . 12:27:23

ihk.fis.ung.ac.id-(Kamis 18/09/2025) Pendidikan politik pada generasi muda merupakan investasi strategis bagi keberlangsungan demokrasi dan persatuan bangsa. Dengan kesadaran tersebut, Jurusan Ilmu Hukum dan Kemasyarakatan (IHK) Program Studi PPKn Universitas Negeri Gorontalo melaksanakan kegiatan pengabdian kolaboratif dosen dan mahasiswa di SMA Negeri 5 Gorontalo, mengusung tema “Membangun Kesadaran Politik Siswa dalam Mengukuhkan Semangat Kewarganegaraan Multikultural.”

Kegiatan ini dirancang sebagai wahana edukatif yang tidak hanya menyajikan pemahaman konseptual tentang politik, tetapi juga menginternalisasikan nilai-nilai Pancasila, demokrasi, dan multikulturalisme dalam praktik kewarganegaraan siswa. Melalui forum dialog, penyampaian materi, serta aktivitas partisipatif, siswa didorong untuk mengembangkan sensitivitas politik yang berorientasi pada kepentingan bersama serta keutuhan bangsa.

Dalam pandangan Dr. Ramli Mahmud, S.Pd., M.A., kesadaran politik generasi muda harus dipahami sebagai instrumen penguatan karakter kebangsaan. “Politik bukan sekadar soal kontestasi elektoral, tetapi juga tentang etika kolektif, tanggung jawab sosial, dan komitmen menjaga keutuhan NKRI. Siswa SMA adalah calon pemimpin bangsa, sehingga kesadaran politik mereka harus dibentuk sejak dini dengan perspektif inklusif dan demokratis,” tegasnya.

Sementara itu, Asmun W. Wantu, S.Pd., M.Sc., menyoroti pentingnya literasi politik dalam mencegah apatisme maupun sikap ekstrem generasi muda. “Kesadaran politik yang sehat akan melahirkan warga negara yang kritis, tetapi tetap rasional. Melalui pendidikan kewarganegaraan, siswa diarahkan agar memahami hak dan kewajibannya secara seimbang, sekaligus memiliki kecerdasan sosial dalam kehidupan multikultural,” ujarnya.

Lebih lanjut, Nurul Mawahda, S.IP., M.Si., menekankan bahwa politik dan multikulturalisme adalah dua entitas yang tidak dapat dipisahkan. “Indonesia adalah rumah bersama dengan keberagaman etnis, budaya, dan agama. Karena itu, kesadaran politik yang dibangun harus menumbuhkan semangat menghargai perbedaan, memperkuat persaudaraan, dan menolak segala bentuk politik identitas yang memecah belah,” jelasnya.

Dari sisi mahasiswa, Mohamad Wahyudin Abdullah mengungkapkan pengalamannya saat mendampingi siswa dalam diskusi. “Antusiasme mereka sangat tinggi. Para siswa berani menyampaikan pandangan kritis mengenai isu-isu kebangsaan. Ini menunjukkan bahwa generasi muda memiliki potensi besar untuk diarahkan menuju kesadaran politik yang konstruktif dan berkarakter,” ungkapnya.

Menariknya, salah seorang siswa SMA Negeri 5 Gorontalo, Anisa memberikan refleksi dari kegiatan tersebut. “Kami jadi lebih mengerti bahwa politik tidak hanya soal memilih presiden atau anggota dewan, tetapi juga bagaimana kami bersikap adil, saling menghormati, dan menjaga persatuan di lingkungan sekolah maupun masyarakat,” tuturnya.

Melalui kegiatan ini, dosen dan mahasiswa tidak hanya menjalankan tridharma perguruan tinggi dalam aspek pengabdian, tetapi juga menghadirkan proses pembelajaran bermakna yang meneguhkan komitmen kebangsaan di kalangan siswa. Harapannya, SMA Negeri 5 Gorontalo dapat menjadi ruang tumbuhnya generasi muda yang cerdas secara intelektual, matang secara politik, dan tangguh dalam menjaga multikulturalisme Indonesia

 

Penulis TIM Redaksi Jurusan IHK Prodi PPKn FIS UNG

Agenda